Jumat, 02 September 2011

Mimbar Rakyat KAJS SERANG

 Mimbar Bebas KAJS SERANG

Sabtu sore kemarin, 30 Juli 2011, saya menghadiri mimbar rakyat untuk mendesak dijalankannya sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS).

Selain dihadiri kawan-kawan serikat pekerja/serikat buruh, seperti FSPMI, FSPKEP, KSPSI, agenda ini juga dihadiri teman-teman dari Laskar Merah Putih dan masyarakat setempat. Teman-teman Forum Buruh DKI Jakarta juga hadir, tak ketinggalan pula Presidium KAJS, Surya Tjandra.


Namanya juga mimbar rakyat, acara ini diselanggarakan dengan sangat merakyat. Dari pinggir Perumahan Bumi Cikande Indah, teriakan agar RUU BPJS segera disahkan menggema. Biarlah kelak sejarah akan mencatat, masyarakat Kabupaten Serang, adalah bagian dari mereka yang memperjuangkan jaminan sosial di negeri ini.

Dalam perspektif saya, agenda ini menjadi sangat istimewa. Istimewa, karena banyaknya pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan ini. Belum lagi, ketika kemudian dipertajam dengan diskusi santai di Sekretariat FSBS bersama Surya Tjandra dan kawan-kawan Forum Buruh DKI Jakarta.
Pelajaran itu antara lain:

Pertama, pentingnya peran pemimpin dalam mempimpin gerakan. Pemimpin memang harus menggerakkan. Pada awalnya memang akan terasa sulit, namun ketika roda sudah berputar, dengan sendirinya ia akan berjalan. Pemimpin bukanlah sosok selebritis, yang hanya muncul dalam satu seminar ke seminar yang lain. Pemimpin harus juga turun ke jalan. Sekali lagi, ia harus menggerakkan. Meminjam kalimat Anis Bawesdan, pemimpin jangan takut melakukan intervensi, karena memang, sebagian dari tugas pemimpin adalah melakukan intervensi.

Kedua, gerakan akan menjadi magnet bagi yang lain untuk ikut bergerak. Semangat inilah yang sekarang ini harus kita jaga. Ketika saatnya banyak yang akan melakukan aksi ekstra parlementer, mereka yang hanya diam akan merasa risih. Hingga dalam aksi selanjutnya, akan larut dalam euforia gerakan.

Ketiga, pentingnya prasangka baik terhadap setiap aksi yang kita lakukan. Prasangka baik akan membuat diantara kita menjadi saling percaya. Dan ini, adalah syarat mutlak untuk membangun kebersamaan. Mempersatukan gerakan, mempersatukan hati. Tanpa kepercayaan, kurangnya prasangka baik, niscaya gerakan bersama, juga persatuan, tidak mungkin bisa kita wujudkan. Saya teringat kalimat Surya Tjandra terkait dengan ini: ”Yang penting saya percaya sama dia. Dan akan menggunakan kemampuan, resources yang saya miliki, untuk mendukungnya. Jika pun nanti saya dikhianati, itu adalah resiko saya.”

Keempat, agenda seperti ini akan menumbuhkan kepercayaan organisasi, dan anggota sebagai pribadi. Ketika mereka berdiri besama, meneriakkan tuntutan yang sama, dengan sendirinya kepercayaan diri itu akan menyala. Kegiatan mengumpulkan massa dalam jumlah besar seperti ini, tidak boleh hanya dilakukan sekali. Tetapi berkesinambungan, dan agar semangat itu tetap terjaga, saya kira penting untuk diagendakan setiap tiga atau enam bulan sekali.

Kelima, di tengah sikap masyarakat yang sedemikian pasif dan pragmatis, pandangan negatif nampaknya bisa lebih diterima. Dalam taraf tertentu, pandangan kontra seperti ini bisa menggoyahkan keyakinan kita. Itulah sebabnya, menjadi penting untuk menghembuskan optimisme dan pikiran positif dalam gerakan.
Diluar kelima hal itu, tentu masih banyak pelajaran berharga yang bisa diambil.

Saya kira, indentifikasi seperti ini menjadi penting. Agar juga, anggota (mereka yang terlibat dalam gerakan) melihat apa saja manfaat yang bisa didapat dari keterlibatan mereka. Seringkali kita salah dalam memaknai setiap kemenangan. Meskipun kecil, tetapi tahapan untuk capaian yang lebih besar, layak untuk diapresiasi. Jangan sampai muncul keluhan: kita sudah habis-habisan, tetapi mana hasilnya?

Catatan Ketenagakerjaan: Kahar S. Cahyono
http://kaharscahyono.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes